Minggu, 02 Oktober 2016

Arjuno, the north wall of MALANG

Gunung Arjuno
Malang adalah satu-satunya kota di dunia yang dikelilingi oleh 6 buah gunung api dan membentuk tembok disekitarnya. Disisi barat ada gunung kawi, disisi utara ada tiga gunung welirang, anjasmoro dan arjuno, dan disebelah timur ada gunung bromo dan gunung semeru, sang puncak tertinggi tanah jawa. Mungkin untuk gunung semeru sudah tidak perlu dijelaskan lagi karena namanya sudah kesohor sampai seluruh indonesia dan menjadikan gunung semeru tidak pernah sepi tiap hari, bahkan suasananya sudah lebih mirip pasar dari pada gunung. sementara untuk gunung arjuno, mungkin sangat jarang orang diluar kota malang yang mengetahui keberadaanya. Disaat banyak gunung yang menjadi ramai terutama daerah jawa barat dan jawa tengah, gunung arjuno nyaris tak terjamah, suasanaya tidak banyak berubah dengan tujuh tahun yang lalu, sekitar tahun 2009.
jalur pendakian gunung arjuno via lawang

Gunung arjuno sebenarnya seperti gunung gede-pangrango, dimana dua puncak gunung yang terdapat dalam satu kawasan bahkan satu badan gunung, dengan welirang yang menjadi pasanganya. untuk mendaki gunung arjuno, ada 4 jalur yang bisa digunakan untuk mencapai puncaknya, ogal-agil, via batu (desa sumber brantas), via purwosari (pasuruan), via tretes (jalur paling ramai yang berada di pasuruan) dan via lawang yang merupakan jalur paling berat dari semua jalur yang ada, bahkan salah satu jalur pendakian paling berat di pulau jawa.
basecamp pendakian via lawang
untuk mendaki gunung arjuno via lawang, bila dari malang ataupun kota sekitarnya seperti surabaya bisa naik angkutan umum menuju lawang, gerbang kota malang disisi utara dan turun di pasar lawang. Dari pasar lawang kita menuju wonorejo, titik awal pendakian. Untuk menuju desa wonorejo, dari pasar lawang kita ambil jalan ke arah utara, dan belok di gang sebelum fly over atau jalan layang, dari gang itu jarak desa wonorejo sekitar 5 km dan bila tidak memakai kendaraan pribadi transportasi yang tersedia hanya ojek.
di desa wonorejo terdapat basecamp pendakian yang dikelola oleh dinas kehutanan provinsi jawa timur, dari sinilah perjalanan dimulai.
afdelink gebug lor

Pos I brak teh (45 menit)
dari desa wonorejo yang berada diketinggian sekitar 903 mdpl (inilah salah satu sebab jalur ini menjadi yang paling berat, titik awal pendakian masih sangat rendah), perjalanan dilanjutkan dengan melalui perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN X yang membentang dikaki gunung lawang (pada jaman belanda perkebunan teh ini diberi nama afdelink gebug lor), dengan track yang langsung menanjak. setelah berjalan sekitar 45 menit kita akan sampai pada sebuah gubug yang sebenarnya adalah tempat para pemetik daun teh beristirahat dan menaruh teh yang baru dipetik untuk diambil oleh truk-truk pengangkut, disinilah pos I berada, dan diberi nama brak teh. pemadangan di pos I sudah sangat menawan, hamparan hijau tumbuhan teh dan bila beruntuntung cuaca bersahabat kita bisa melihat gunung semeru, ataupun matahari terbit. Brak teh atau pos 1 berada di ketinggian 1195 mdpl, masih sangat jauh dari puncak ogal-agil yang mempunyai ketinggian 3339 mdpl.


Pos I, brak teh
Pos II Lincing (70 menit)
Track menjelang pos II
 Jika sebelumnya melewati kebun teh yang panjang dan banyak ditumbuhi pepohonan sehingga bisa menahan sengatan matahari yang terik jika cuaca cerah, track menuju pos II sangatlah berbeda, kebun teh berganti dengan kebun penduduk yang ditanami pohon buah-buahan dan nantinya berganti alang-alang menjelang pos II dengan cuaca yang sangat panas karena tidak ada lagi yang menghalagi sinar matahari untuk menyengat kita. Dibutuhkan waktu sekitar 70 menit untuk menuju pos II lincing yang berada di ketinggian 1625 mdpl dari pos I brak teh. Pos II diberi nama lincing karena dekat dengan bukit yang bernama lincing. Di pos II inilah satu-satunya sumber air yang tersedia dalam peendakian gunung arjuno via lawang, walaupun jaraknya lumayan jauh dari pos. Disini juga terdapat  shelter yang dapat menampung 3-4 tenda, dan disekitarnya banyak tanah datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda.
pos II lincing
 Pos III Mahapena (106 menit)
jalur menuju pos III via sabana
untuk menuju pos III mahapena yang berada di ketinggian 2191 mdpl, ada dua jalur yang bisa diambil, jalur sabana yang umum digunakan atau jalur lincing sebagai shortcut. track dari pos II menuju pos III merupakan track terberat pendakian gunung arjuno via lawang (sebenarnya jalur pos IV menuju puncak bisa dikatan lebih menanjak, namun karena bila kita mendirikan tenda di pos IV kita tidak perlu membawa "kulkas" dipunggung kita sehingga menjadi lebih ringan, selain itu biasanya summit attack dilakukan hari berikutnya sehingga lebih segar tenaganya) . Melewati jalur sabana yang sedikit memutar saja dibutuhkan waktu sampai 106 menit. bisa dibayangkan bila melewati jalur bukit lincing yang jalurnya lebih miring. Pos III mahapena tidak terdapat shelter, hanya sedikit tanah lapang yang mampu memuat 3-4 tenda. Bila kita kehabisan tenaga di tengah perjalanan menuju pos III, di sepanjang jalur sabana ada beberapa titik yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda, walaupun mungkin hanya untuk 1-2 tenda.

 Pos IV Gombes (100 menit)
sunrise dari pos IV
 setelah melalui padang sabana menuju pos III, pemandangan berbeda akan ditemui untuk menuju pos IV gombes yang berada di ketinggian 2660 mdpl. rumput-rumput hijau yang luas mulai berganti dengan pohon-pohon cemara yang dibawahnya tumbuh tanaman paku dan banyak terdapat batu besar. walaupun jarak antar pohon cemara tidak terlalu rapat, daerah ini dinanamakan hutan gombes, yang dijadikan nama pos IV. walaupun track sudah tidak seberat sebelumnya, tetap saja jalur ini belum bersahabat bagi lutut. Sepanjang jalang juga terdapat beberapa titik yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda, walaupun hanya memuat 1-2 tenda. setelah berjalan sekitar 100 menit, kita akan sampai di pos IV gombes, yang merupakan tanah datar yang tidak terlalu luas yang bisa menampung 5-6 tenda. disarankan bagi yang mengambil jalur lawang untuk bermalam disini, selain karena jarak ke puncak sudah tidak terlalau jauh, di atas juga di khawatirkan lebih susah mencari tempat untuk mendirikan tenda karena selain semakin sedikit tanah datar juga ada pertumuan dengan jalur purwosari.
Pos IV Gombes
 Puncak ogal-agil (109 menit)
plawangan

untuk menuju puncak gunung arjuno yang bernama ogal-agil yang berada di ketinggian 3339 mdpl (tertinggi keempat di jawa ), dari pos IV gombes dibutuhkan waktu sekitar 109 menit. trak yang dilewati di awal masih sama dengan sebelumya hutan yang ditumbuhi pohon cemara namun lebih rapat dan mistis yang bernama lali jiwo yang artinya lupa diri  , dan medan yang lebih menanjak. setelah melalui hutan lali jiwo kita akan memasuki kawasan hutan cemoro sewu, yang sebenarnya masih merupakan hutan cemara seperti sebelumnya namun jumlahnya semakin banyak dan orang jawa mempunyai kebiasaan untuk menggambarkan sesuatu yang banyak dengan angka seribu atau sewu (seperti lawang sewu atau kepulauan seribu). Selepas hutan cemara vegetasi mulai berganti dengan pohon yang lebih kecil yang dinamakan pohon metinggi yang buahnya dapat dimakan, biasanya pohon mentinggi tumbuh di ketinggian lebih dari 3000 mdpl. Disini juga terdapat pertemuan jalur dengan via purwosari. Puncak ogal-agil sendiri berupa tumpukan bebatuan yang besar, diberi nama ogal-agil karena dulu dipuncaknya bila tertiup angin bergoyang-goyang seperti mau lepas atau dalam bahasa jawa disebut ogal-agil. sebelum puncak ogal-agil ada belokan jalan ke kiri itu menuju pasar dieng, salah satu tempat paling mistis di gunung arjuno karena konon katanya adalah pasar mahluk gaib, setelah pasar dieng kita bisa menuju puncak gunung welirang.
puncak ogal-agil
beratnya medan yang dilalui sepanjang pendakian gunung arjuno via lawang seakan mengingatkan bahwa kita bukanlah apa-apa di alam ini apalagi dihadapa sang pencipta. untuk senantiasa berdoa apapun yang kita lakukan apalagi pendakian. 
tapi janganlah berdoa untuk dimudahkan jalanmu, 
berdoalah untuk menjadi lebih kuat