Rabu, 23 Desember 2015

Ungaran, tanah tertinggi semarang


puncak Gunung Ungaran dari kebun teh

mungkin banyak orang tidak tahu kalau di kota yang bernama semarang terdapat sebuah gunung yang pemadangan yang tidak kalah elok dengan gunung-gunung lain yang lebih terkenal di jawa tengah, ungaran namanya. Hal ini bisa dimaklumi karena semarang selama ini lebih dikenal dengan kota pesisir yang bahkan sering terkena banjir rob dari naiknya air dari laut jawa. Bahkan nama ungaran mungkin orang lebih familiar ditelinga orang sebagai nama sebuah daerah di pinggiran selatan kota semarang.

Jalur desa sidomukti

Gunung ungaran merupakan gunung yang terletak di daerah Bandungan Kabupaten Semarang dengan ketinggian 2050 mdpl. Terdapat tiga jalur yang bisa dilalui untuk bisa menginjakan kaki di tanah tertinggi semarang. Jalur jimbaran, jalur candi gedong songo dan jalur medini, untuk jalur jimbaran dan candi gedong songo berada di daerah bandungan kabupaten semarang, sementara jalur medini lewat kabupaten kendal. Dari ketiga jalur itu, jalur yang paling sering digunakan adalah jalur jimbaran dan jalur candi gedong songo, tapi disarankan untuk naik dari jimbaran turun lewat jalur gendong songo seperti di bahas dalam tulisan ini.
Untuk melalui jalur jimbaran, jika kita berasal dari daerah semarang dapat naik bis dari terminal terboyo jurusan bandungan dan turun di daaeran pasar jimbaran. Sementara jika berasal dari jogja atau solo dapat naik bis jurusan semarang (jangan pilih bis yang lewat tol bawen-semarang) turun di daerah lemah abang, tepatnya di pos bensi lemah abang. Dari pom bensin lemah abang kita dapat naik angkutan umum jurusan bandungan dengan turun di daerah pasar jimbaran.

Basecamp Mawar

Basecamp Mawar
Pendakian jalur jimbaran dimulai base camp yang juga bumi perkemahan yang bernama mawar (diberi mawar karena di daerah situ banyak terdapat perkebunan mawar). Dari pasar jimbaran kita bisa mengambil jalan menuju desa sidomukti, yang jaraknya sekitar 5 km dari pasar jimbaran. Ada dua alternatif yang dipilih untuk menuju base camp mawar dari pasar jimbaran, dengan ojek tarifnya sekitar IDR15,000 (tarif bisa berubah sewaktu-waktu bergantung pada harga BBM yang saat ini sering naik turun) dan berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 75 menit. Jalan kaki mungkin alternatif yang disarankan karena pemandangan selama perjalanan sebanding dengan effort yang dilakukan dan juga bisa untuk pemanasan karena jalur jimbaran merupakan jalur terpanjang untuk mendaki gunung ungaran. Medan yang dilalui dari pasar jimbaran menuju basecamp mawar awalnya jalan beraspal melewati perkampungan dengan jalan yang sudah menanjak, setelah itu dilanjutkan perkebunan mawar dengan jalan cor. Sepanjang perjalanan jika cuaca cerah, saat menengok kan kepala kebelakang kita akan bisa melihat betapa gagah dan anggunya gunung merbabu.
Pos I
Di base camp mawar kita harus melakukan regristasi pendakian dengan tarif IDR5,000 untuk sampai ke puncak atau IDR3,000 jika hanya sampai basecamp mawar. Dari base camp mawar perjalanan dilanjutkan dengan memasuki hutan pinus dengan medan yang mulai bersahabat dengan lutut. Dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai pos I dari base camp mawar. Perlu diperhatikan jika melakukan pendakian pada siang hari, cuaca sangat terik dan angin jarang sekali berhembus yang menjadi tantangantersendiri  dalam perjalanan.
POS II

Pos II
Medan yang dilalui dari pos I menuju pos II masih menyerupai yang sebelumnya, hutan pinus dengan medan yang masih bersahabat dengan lutut. Namun yang membedakan disini pohon sudah lebih banyak, sehingga terik matahri sedikit berkurang. Dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di Pos II dari pos I.
Kebon Kopi


Kebon kopi
Ternyata gunung ungaran memang gunung yang penuh kejutan, kejutan pertama yang dialami setelah melewati pos II, terdapat sebuah perkebunan kopi yang membentang luas di ketinggian setalah berjalan hampir 3 jam. Di perkebunan ini terdapat beberapa bangunan milik pengelola perkebunan dan sebuah kolam yang dapat untuk mengambil air, karena disinilah sumber air terakhir pendakian gunung ungaran via jimbaran. Disini juga terdapat warung yang berjualan gorengan dan mie instan untuk yang kurang perbekalanya.

Kebun Teh

Kebon Teh
Dari perkebunan kopi, ada persimpangan jalan antara ke puncak gunung ungaran dan perkampungan terdekat. Untuk menuju puncak, kita harus belok kiri memilih jalur yang sedikt lebih menanjak, walaupun secara keseluruhan medan masih bersahabat dengan lutut sampai nanti terdapat pertigaan menuju desa promasan (desa tertinggi di semarang) yang juga merupakan pertemuan dengan jalur medini. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari kebon kopi untuk mencapai pertigaan kebun teh ini.
puncak harapan palsu


Puncak
Setelah sampai di pertigaan di daerah kebun teh, kita harus memilih untuk belok kiri dengan memilih jalur yang menanjak (disini medan sudah mulai tidak lagi bersahabat dengan lutut). Untuk jalur yang lurus itu menuju desa promasan atau jalur medini lewat kendal, disitu juga terdapat gua yang merupakan peninggalan dari jepang.  Darisinilah sebenarnya apa yang dikatakan “naik gunung” itu dimulai, karena medan sudah jauh berbeda dari sebelum, dari sahabat lutut menjadi musuh besar yang tega menyiksanya samapai kaki bergetar. Selain medan yang mulai berat, ada tantangan lain yang dihadapi di medan ini, jalur yang memberi harapan palsu. Dinamakan memberi nama harapan palsu karena saat berjalan kita akan melihat puncak sudah dekat, tapi begitu sampai dibaliknya masih ada dataran lebih tinggi yang tidak terlihat sebelumya. Dibutuhkan waktu sekitar 120 menit untuk sampai di tana tertinggi semarang gunung ungaran. Dari puncak ungaran, bila cuaca cerah kita bisa melihat kota semarang dan laut jawa disebelah utara, gunung sindoro slamet dan sumbing disisi barat dan gunung merbabu merapi disisi selatan serta kota ambarawa dan danau rawa pening di sebelah timur.

2050 mdpl
Di puncak terdapat sedikt tanang datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda, tapi kalaua penuh bisa turun sedikit ke arah jalur  candi gedong songo terdapat camp area yang digunakan untuk mendirikan tenda, disini juga lebih aman untuk mendirikan tenda karena banyak terdapat pepohonan yang dapat melindungi dari terjangan angin.
Gunung Merbabbu dari Puncak Ungaran

Turun Jalur Candi Gedong Songo

Basecamp Area

Untuk mendapatkan pemandangan dan pengalaman yang lengkap, disarankan turunya melalu jalur candi gedong songo yang merupakan obyek wisata andalan kabupaten semarang.  Candi gedong songo merupakan candi hindhu peninggalan wangsa syailendra dari kerajaan mataram kuno di abad ke 9. Letaknya ada di perbukitan dimana satu candi dengan yang lainya terpisah satu sama lain. Dari namanya seharusnya jumlah candi ada sembilan, namun nyantanya hanya ada lima buah candi yang terdapat disana. Menurut cerita dari mulut ke mulut, empat bangunan candi lainya itu ghoib, atau hanya bisa dilihat orang-orang tertentu. Dari puncak untuk turun melalui jalur candi songo dibutuhkan waktu sekitar 90 menit, dengan medan yang lebih curam dari jalur jimbaran yang lebih memutar.
Salah Satu candi di Komplek gedong songo

Memang dari sisi ketinggian gunung ungaran bukanlah apa-apa bila dibandingkan dengan gunung-gunung lainya, tapi seperti salah satu kata pepatah,

Don’t judge book by cover

Dibalik tingginya yang hanya 2050 mdpl, terdapat medan yang tidak bisa dikatakan mudah dan pemandangan yang bisa dikatan menawan.


Kamis, 19 November 2015

Butak, yang terlupakan


Senja di puncak Gunung Butak


Jika kita menanyakan Gunung Butak kepada orang secara acak, pasti banyak yang tidak mengetahui tentang gunung butak. bahkan warga kota batu yang berada di kaki gunung butak pun, banyak yang tidak mengetahui tentang gunung butak. seperti dikatakan oleh pepatah "tak kenal maka tak sayang", biar kita bisa menyayangi gunung butak, layaknya gunung-gunung lain yang lebih akrab ditelinga kita, ada baiknya kita mengenalkan dulu tentang seluk beluk gunung butak.
Gunung butak merupakan sebuah gunung yang sudah tidak aktif yang terletak di 3 kota, kabupaten blitar, kabupaten Malang dan Kota Batu. Dengan tinggi hanya 2868 mdpl, namanya seakan tenggelam oleh gunung-gunung yang lebih tinggi yang banyak bertebaran di Malang. Bahkan dengan gunung panderman yang tingginya masih di bawahnya, gunung butak juga masih kalah populer. Namun minimnya popularitas yang dimiliki gunung butak tidak mengurangi eksostisme yang ditawarkan gunung butak.
Terkait popularitas gunung butak, mengingatkan akan pendakian yang pernah dilakukan sekitar delapan tahun yang lalu atau sekitar 2007, dimana saat itu bahkan hanya rombongan kami yang melakukan pendakian gunung butak. Selama perjalan pulang-pergi, kami tidak bertemu dengan mahluk yang bernama manusi, hanya ada beberapa kawanan monyet yang kami temui bergelayut bebas di antara pepohonan, seakan menikmati sekali hidup tanpa terlihat beban hidup yang sedang ditanggungnya. Walaupun tidak sesepi dahulu, saat ini di tahun 2015 masih saja pendaki yang datang ke gunung butak belum seramai gunung-gunung yang lain, dimana sejak heboh film “5 cm” beberapa tahun belakangan ini gunung-gunung sudah selayaknya pasar yang ramai orang hilir mudik.  Kita tidak menyalahkan atau mempermasalahkan gunung-gunung menjadi ramai seperti saat ini, selama orang-orangnya tetap bisa menjaga dan merawat dirinya sendiri dan gunung-gunung yang dikunjungi. Namun yang terjadi saat ini, euforia kegiatan alam bebas tidak di imbangi pengetahuan, kemauan dan persiapan yang maksimal tentang kegiatan alam bebas, akibatnya kita lihat gunung-gunung seperti berubah menjadi TPA yang penuh dengan sampah.  
 
Pos perijinan Gunung Butak-Panderman
 Ada empat jalur yang biasa digunakan untuk melakukan pendakian Gunung Butak, pertama jalur desa Semen – Gandusari – Blitar ( via Sirah-Kencong), desa Semen – Gandusari – Blitar ( via Sirah-Kencong), ketiga jalur Desa Gadingkulon-Dau-Malang, dan jalur terakhir dan merupakan jalur yang paling ramai via panderman yang terletak di Kota Batu. Pendakian kali ini menggunakan jalur via panderman Kota Batu. Untuk yang berasal dari luar Malang Raya (Kota dan Kab Malang serta Kota Batu), bila menggunakan kereta api turun di stasiun Malang Kota Baru, dari depan stasiun bisa naik angkot jurusan terminal landungsari, dari terminal landungsari dilanjutkan dengan bus jurusan jombang ataupun kediri, turun di gerbang/gapura desa pesanggrahan kota Batu, dari gerbang/gapura desa pesanggrahan bisa menggunakan ojek sampai pos perijinan yang biasanya buka di hari sabtu atau libur nasional. Karena jalur pendakian gunung butak via panderman tidak terdapat pos-pos layaknya gunung yang lainya, kami menentukan sendiri beberapa titik yang bisa digunakan untuk beristirahat selama perjaanan sekaligus checkpoin perjalanan.

Pertigaan ladang penduduk dan hutan
 
Batas Vegetasi
Sebagai titik penanda pertama sebagai target perjalanan kali ini, ditentukan batas antara ladang penduduk dan hutan, dimana disana terdapat sebuah pertigaan dan sedikit tanah lapang sehingga pas di gunakan sebagai checkpoin awal. Untuk mencapai chekcpoin pertama, medan yang dilalui sebagian besar melewati ladang penduduk yang sudah jelas jalanya namun banyak percabangan baik ke arah gunung panderman maupun ladang penduduk yang sedikit membingungkan bagi yang belum pernah kesana, jadi perlu hati-hati dan diperhatikan petunjuk arah yang sudah dipasang saat ini. Perjalanan di awali di pos perijinan yang terletak di depan rumah paling unjung di desa pesanggrahan yang sudah berbatasan dengan ladang. Disana kita bisa mengurus perijinan dengan membayar restribusi sebesar IDR7000. Dari pos perijinan medan yang dihadapi sudah mulai menanjak dengan melewati medan yang sudah dipasang batako sampai dengan adanya percabangan dengan jalur menuju gunung panderman. Selepas itu jalanya berganti dengan tanah tapi sedikit lebih landai, namun di musim kemarau akan sangat berdebu (disarankan membawa masker).  Perlu diperhatikan, setelah memasuki jalan tanh,  kita akan menghadapi beberapa percabangan, dimana ada tiga percabangan yang   perlu menjadi perhatian agar tidak salah mengambil jalan. Percabangan pertama kita harus mengambil jalur yang sebelah kiri, karena jalur yang kanan akan menuju ke ladang penduduk, tidak lama setelah itu ada percabangan kedua dimana kita harus mengambil jalur sebelah kanan karena jalur sebelah kiri menuju gunung panderman, sementara pertigaan ketiga adalah checkpoin pertama yang kita pilih, selepas percabangan ini kita akan memasuki kawasan hutan dengan jalur yang lebih jelas. Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak dari pos perijinan sampai batas ladang dan hutan sekitar 55 menit.

Pertigaan Sumber air
 
pertigaan sumber air
Dari pertigaan batas ladang dan hutan kita memilih jalur sebelah kanan yang menurun, namun jangan senang dahulu karena turunnya hanya sebentar setelah itu langsung di sambut dengan tanjakan yang cukup untuk membuat berkeringatn dan ngos-ngosan (karena setelah ini ada tanjakan yang lebih kejam dan sadis). Di jalur ini kita seperti memasuki gua, karena sepanjang jalur kita harus melewati semak belukar yang lebat sehingga sinar matahari pun sulit untuk menembusnya. Sedikit keuntungan dari jalur ini menjadi lebih sejuk dari sebelumnya karena tertutup semak belukar.  Dibutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di pertigaan sumber air dari pertigaan batas ladang dan hutan. Perlu diperhatikan lagi, dari pertigaan ini harus memilih jalur sebelah kanan karena jalur terus menuju sungai tempat pipa sumber air penduduk berasal. Dan disinilan delapan tahun yang lalu kita pernah tersesat (untuk saat ini jalur lebih jelas, jadi mungkin bisa meminimalisir peristiwa itu terjadi).

Tanjakan Patah Hati

Tanjakan Patah Hati



Bila di gunung semeru kita mengenal tanjakan cinta dengan mitosnya bila kita bisa melaluinya tanpa berhenti dan menoleh kebelakang dengan memikirkan seseorang yang kita cintai, maka kita akan berjodoh denganya (mitos mungkin tetaplah mitos). Di Gunung Butak ada tanjakan yang namanya berkebalikan dengan tanjakan cinta, tanjakan patah hati namanya. Diberi nama tanjakan patah hati karena setelah melalui tanjakan ini, rasa lelah, marah dan putus asa seperti layaknya patah hati (bukan pengalaman). Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk melalui tanjakan ini, dengan medan yang sepenuhnya menanjak sehingga benar-benar membuat orang patah hati, di tambah lagi bila melaluinya diberi “bonus” debu-debu beterbangan. Selepas tanjakan patah hati ada sedikit lahan datar yang bisa digunakan sekedar istirahat setelah mengalami “patah hati”. Secara keseluruhan dari pertigaan sumber air menuju kesini dibutuhkan waktu 35 menit.

Pertigaan jalur dau
Pertigaan Dau
Puas disiksa dengan tanjakan sampai patah hati dari awal pendakian, akhirnya kita akan menemui “bonus” yang tidak berupa materi, tapi disini lebih kita butuhkan daripada uang, medan yang landai. Selepas tanjakan patah hati, medan yang akan dilalui tidak seberat sebelumnya, jalan yang landai dengan rindang pepohonan. Walaupu jalur yang dilalui tidak terlalu berat, tapi jarak dari tanjakan patah hati menuju pertigaan pertemuan dengan jalur dau lumayan panjang, dibutuhkan waktu sekitar 75 menit untuk sampai. Di pertigaan ini terdapat sedikit lahan datar yang lumayan luas, mampu menampung 4-5 tenda. Disini juga terdapat sumber air yang bisa diambil, sehingga direkomendasikan juga untuk digunakan untuk mendirikan tenda. Selain di pertigaan ini, sepanjang jalur yang dilalui sebelumya banyak terdapat spot-spot yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda.

Gunung Arjuno dari jalur Gunung Butak
Sabana
 
Sabana Gunung Buthak
Dari pertigaan jalur dau ini sebenarnya dua pertiga jalur pendakian sudah dilalui, dibutuhkan waktu sekitar 2 jam lagi untuk sampai ke puncak. Namun sebelum sampai ke puncak kita akan melalui saban yang luas, dengan sumber air yang besar, sehingga bila tenaga masih mendukung, lebih disarankan untuk mendirikan tenda disini. Sabana gunung butak layaknya ranu kumbolo di gunung semeru, sabana gunung merbabu, dan cikasur gunung aargopuro mempunyai pemandangan yang sangat menawan. Dibutuhkan waktu 105 menit, atau hampir 2 jam untuk sampai di sabana, dengan medan yang komplik, mulai jalur yang landai sampai tanjakan-tanjakan yang membuat kapok untuk naik gunung (tapi anehnya setelah sampai di rumah malah kepingin naik lagi). Pengalaman pendakian kemarin, agar hati-hati dengan kebakaran hutan. Sepanjang jalur antara pertigaan jalur dau sampai sabana 70% terbakar, baik yang sudah padam tinggal menyisahkan bara sampai yang masih berkobar dengan asap menegpul. Kebakaran juga banyak terjadi di jalur yang harus dilalui.
Tenda-Tenda di Sabana Gunung Butak

Summit attack
 
2.868 Mdpl
Kalau biasanya kita melakukan summit attack di pagi hari atau dini hari, disini kita bisa melakukan summit attack pada sore hari untuk melihat matahari tenggelam (sunset). Dibutuhkan waktu 29 menit untuk sampai di puncak gunung butak 2868 mdpl, dengan track sepertiga landai masih dalam komplek sabana dan dua pertiga tanjakan walau tidak seberat tanjakan patah hati. Di puncak gunung butak terdapat dataran yang sedikit luas yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda, luasnya bisa menampung 2-3 tenda.

Puncak Gunung Bhutak
 Pada akhirnya kita akan selalu bisa belajar dari alam, karena alam merupakan sebesar-besarnya misteri yang tidak akan pernah akan kita bisa pecahkan. Dan pelajaran yang di dapat kali ini, kita harus selalu berteman dan menjaga alam, karena bila sampai alam sudah tidak mau berteman dengan kita bencana yang akan kita dapatkan, seperti kabut asap yang melanda hampir seluruh wilayah indonesia kemarin.  Apakah kita baru mau sadar ...

Saat satwa terakhir telah mati,
Saat tetes air terakhir telah mengering,
Saat pohon terakhir telah tumbang,
Mungkin orang baru sadar uang tidak bisa dimakan.

Untuk itu boleh kita menikmati alam, tapi kita harus selalu mejaganya, karena ini alam bukan milik kita, tapi titipan anak cucu kita.

Minggu, 12 April 2015

Tour de Nusantara (MLG-Labuan Bajo)



bertepatan dengan kenaikan harga premium bersubsidi per 28 Maret 2015 untuk kedua kalinya dalam satu bulan, salah  satu perjalanan yang sudah diimpi-impikan selama ini akhirnya bisa terlaksana. Di awali dengan kenginan untuk menyusuri setiap jengkal keindahan negeri zamrud khatulistiwa ini dengan menggunakan sepeda, karena keterbatasan sumber daya sebagai seorang kaum proletar (pegawai), perjalananan ini dilakukan sedikit demi sedikit, seperti merajut nusantara. Perjalanan dimulai di Tahun 2014,  dengan sebuah perjalanan bertajuk "cycling home" dari Jakarta (kota tempat berdomisili saat ini) menuju MALANG (kota kelahiran, dibesarkan dan di didik hingga bisa menjadi seperti saat ini).
setaun berlalu, rajutan kedua dari impian untuk mengelilingi kepulauan nusantara ini dengan bersepeda dapat terlaksana juga. Di mulai dari titik finis perjalanan sebelumnya di kota MALANG, perjalanan direncanakan finish di Labuan Bajo, menempuh jarak 1046,66 Km selama 7 hari, melewati 5 pulau (Jawa, Bali, lombok, Sumbawa, Flores) 4 lautan (selat bali, selat lombok, selat alas, selat sape) 4 provinsi (Jatim, Bali, NTB, NTT) dan 20 Kota (MLG-Pasuruan-probolinggo-situbondo-banyuwangi-jembrana-tabanan-badung-denpasar-gianyar-klungkung-karang asem-lombok barat-mataram-lombok tengah-lombok timur-sumbawa barat-sumbawa-dompu-bima-manggarai barat) dengan Kecepatan tertinggi 96,7 Km/jam di hari keenam antara plampang dan dompu.

Etape 1 (MLG-Situbondo)

Jarak Tempuh Hari pertama, karena ada kesalahan di aplikasi edomondo jarak 57,6 Km antara MLG dan pasuruan tidak tercatat
Sehabis subuh, sekitar pukul 05.00 Wib tanggal 29 Maret 2015, perjalanan hari pertama tour de nusantara dimulai. Dengan suhu udara yang cukup menusuk tulang, kombinasi antara dinginya kota MLG dan hujan semalam menemani awal perjalanan, dengan track yang di dominasi jalan beraspal mulus dan datar karena melewati jalan pantura jawa, salah satu jalan legendaris di pulau jawa yang di bangun oleh Gubernur Jenderal Hindia belanda Herman Willem Daendles dibangun di tahun 1808 membentang sepanjang pantai utara jawa dari anyer sampai panarukan dengan total panjang 1000 Km.
Tugu 1000 Km Jalan Anyer Panarukan
Pemberhentian petama di hari ke 1 di sebuah mini market yang hampir ada diseluruh wilayah jawa dengan waktu tempuh 2 jam, menempuh jarak sekitar 50 Km di daerah pasuruan yang terkenal denga sebutan kota untung surapati. Setelah membasahi tenggorokan dengan beberapa tetes air dan sedikit mengganjl perut dengan sozis, karena masih terlalu pagi untuk sarapan sehingga masih agak susah untuk mencari warung yang sesuai dengan selera perut. setelah dua jam mengayuh pedal lagi di tengah persaingan dengan truk dan bis antar kota sebagai penguasa pantura dengan jarak tempuh sekitar 30 KM ahirnya sampai juga di Probolinggo, di kota yang terkenal akan buah mangganya ini disempatkan dulu untuk mengisi bahan bakar yang mulai menipis dengan sepiring rawon dan segelas jeruk anget.

Kota Probolinggo
Perjalanan dilanjutkan dengan memasuki kota Probolinggo dan sempat singgah sebentar di daerah kraksan ibu kota Kabupaten Probolinggo untuk sekedar melemaskan otot-otot kaki yang mulai menegang dan membasahi tenggorokan yang mulai mengering karena teriknya matahari yang menjadi ciri khas kota yang ada di pesisir, walaupun teriknya panas matahari tidak sepanas di daerah timur yang akan dilalui di hari-hari berikutnya. Setelah sekitar tiga setengah jam bertahan di atas jok sepeda yang mulai mengeras, sampai juga di perbatasan probolingga dan situbondo yang di tandai dengan sebuah pembangkit listrik yang sangat penting untuk keberlangsungan listrik di pulau Jawa-Bali, PLTU Paiton dengan jarak tempuh 54,3 Km. Selain PLTU Paiton, ada batas kota yang monumental lain yang memisahkan antara Probolinggo dan situbondo, yaitu Gunung Argopuro, gunung dengan jalur terpanjang di Pulau jawa.
PLTU Paiton
setelah menyempatkan mengisi perut dengan buah-buahan untuk mengisi bahan bakar yang semakin menipis, perjalanan dilanjutkan menuju situbondo, target pemberhentian di hari pertama. Tapi karena menjelang adzan maghrib sudah sampai di panarukan, kecamatan terakhir sebelum masuk kota situbondo dan hanya berjarak sekitar 7 Km, perjalanan di putuskan untuk dilanjutkan sampai daerah Asem bagus yang berjarak 30 Km dari Pusat kota Situbondo. Sekitar jam 20.00 Wib, perjalanan sudah menginjak daerah asembagus, sempat bimbang juga untuk melanjutkan perjalanan atau berhenti di asembagus karena kesulitan mencari penginapan. Setelah bertanya pada beberapa warga sekitar asembagus, akhirnya menemukan juga sebuah penginapan yang lebih mirip kost-kost an harian karena hanya tersedia sebuah ranjang dengan kamar mandi di luar.
Secara keseluruhan hari pertama perjalanan menempuh jarak 229,97 Km (jarak terjauh dalam sehari selama tour de nusantara) dengan waktu tempuh 11 jam 53 menit 31 detik melewati 4 Kota (MLG-pasuruan-probolinggo-situbondo) denagn kecepatan tertinggi 72,7 Km/jam.

Etape II (Situbondo-Tabanan)

Hari kedua, Situbondo-Tabanan
Hari kedua perjalanan dimulai pukul 06.00 Pagi, di awali dengan jalan mendatar seperti hari sebelumnya sampai memasuki Taman Nasional Baluran yang terkenal dengan sebutan africa van java, dimana tracknya seperti lagu ninja hattori, naiki gunung turuni lembah membelah hutan yang masih lebat sepanjang 15 Km dengan pemandangan yang sebanding dengan medan yang dilewati ditambah lagi dibeberapa titik ada gerombolan monyet yang asyik bercengkraman di pagi hari. Perbedaan track yang dilewati selepas jalan raya 1000 Km dari anyer dan panarukan yang dibangun oleh daendles seperti  menyadarkan akan sesuatu hal, terlepas kekejaman yang dalam pembangunanya, kita tidak bisa melupakan kejeniusan daendles dalam pembangunan jalan yang masih bisa bertahan hingga saat ini.

TN Baluran
Keluar Taman Nasional Baluran, sampailah diperbatasan antara Situbondo dan Banyuwangi, kota yang terkenal dengan julukan sunrise of java. Menyempatkan untuk mengisi bahan bakar yang belum di isi hari itu untuk mengembalikan kembali speed yang mulai menurun setelah terkuras saat melewati TN Baluran. Setelah penuh terisi bahan bakar, perjalanan dilanjutkan meuju pelabuhan ketapang, gerbang pulau Bali dari Pulau Jawa. setelah menempuh perjalanan sepanjang 62,3 Km, sekitar pukul 10.30 Wib sampai juga di Pelabuhan Ketapang. Perjalanan dilanjutkan dengan melintasi Selat Bali yang memisahka Pulau Jawa dan Pulau Bali dengan melewati Pelabuhan Ketapang (Jawa) dan gilimanuk (Bali) dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, diluar bongkar muat penumpang yang biasanya memakan waktu sekitar 30 menit sampai 1 jam. Tarif penyebrangan Kapal Ferri dari pelabuhan ketapang menuju gilimanuk IDR9.000 untuk kendaraan golongan 1, sepeda dayung.
Perjalanan menuju Bali dengan latar Gunung Raung
Sekitar pukul 01.00 Wita ( ada perbedaan waktu 1 jam dengan pelabuhan ketapang) sampai juga di pelabuhan Gilimanuk Kabupaten Jembrana. Bila biasanya untuk memasuki pulau Bali dari pelabuhan gilimanuk akan diadakam razia identitas diri, tidak tahu karena menggunakan sepeda saya dilewatkan begitu saja tanpa dimintai kartu identitas. Memasuki Pulau Bali, sinar matahari semakin terik, lebih terik dari hari sebelumnya. Hal ini sedikit tertolong dengan perjalanan yang melewati Taman Nasional Bali Barat yang cukup banyak terdapat pepohonan di kanan-kiri jalan. namun teduhnya jalanan di bawah naungan pepohonan di Taman Nasional Bali Barat seakan tidak terasa dengan track jalanan yang kembali naik-turun yang membuat keringat mengucur deras seperti kepanasan. Setelah menganyuh pedal hampir 3 jam melintasi naik turunya jalanan di Taman Nasional Bali Barat sampai juga di daerah negara Ibu kotaKabupaten Jembrana. Beratnya medan yang dilintasi begitu memasuki Pulau yang terkenal dengan julukan pulaunya para dewa ini memaksa untuk kembali mengisi bahan bakar karena masih jauhnya target di hari kedua yang harus di capai, di Kota Denpasar.
Negara, Ibukota Kabupaten Jembrana
Beratnya medan yang dilalui di hari kedua membuat target Kota Denpasar sebagai titik finish hari kedua tidak dapat tercapai, hanya berjarak dua jam perjalanan dari negara, tepatnya di daerah pantai balinan Kabupaten tabanan, tepat pukul 18.30 wita perjalanan hari kedua harus disudahi.
secara keseluruhan untuk hari kedua menempuh jarak 147,61 Km dengan waktu tempuh 8 jam 18 menit 40 detik dengan melewati 2 pulau (jawa dan Bali), 2 provinsi (jatim dan bali) dan 1 lautan (selat bali) serta 4 kota (situbondo-Banyuwangi-jembrana-tabanan) dengan kecepatan tertinggi 44 Km/jam.

Etape III (Tabanan-Lembar) 

Hari kedua, tabanan-Lembar
Karena kegagalan mencapai target di hari kedua, target  di hari ketiga juga harus di koreksi karena beberapa alasan. Menurut rencana awal, perjalanan hari kedua akan di akhiri di Pelabuhan kayangan (lombok timur), di rubah cukup sampai di pelabuhan lembar (lombok barat) yang merupakan gerbang pulau lombok di sisi barat yang menghubungkan dengan pulau bali. Perjalanan hari ketiga dimulai pukul  06.00 Wita masih dengan track yang sama dengan hari sebelumnya, dengan tanjakan dan turunanya sekitar 30 Km sampai memasuki pusat pemerintah kota tabanan. Setelah bermandi peluh di pagi hari selama dua jam, track penuh tanjakan dan turunan di jalur pantai selatan pulau bali berakhir dengan memasuki ibu kota tabanan. Disini disempatkan dahulu untuk mengisi bahan bakar kembali yang sudah menipis, selain karena sudah dipacu habis selama dua jam perjalanan pagi ini, juga karena terakhir kali mengisi bahan bakar di daerah negara pukul 16.00 Wita hari sebelumnya.
Monumen Bom Bali di Legian
Tandasnya semangkok soto dan segelas jeruk anget, menandakan perjalanan harus dilanjutkan kembali dengan check point berikutnya di Kota Denpasar. Jarak antara Kota Denpasar dan Tabanan sekitar 20 Km, tidak sampai satu setengah jam perjalan sudah bisa memasuki kota Denpasar. Sebenarnya bila mau menuju Pulau Lombok melalui Kota Denpasar harus mengambil jalan ke arah utara melewati kabupaten Gianyar. Tetapi seperti banyak dikatakan orang, belum di anggap ke bali bila tidak berkunjung ke Pantai Kuta, akhirnya perjalanan di belokan ke arah selatan menuju pantai kuta. Jarak Pantai Kuta dari Kota Denpasar tidaklah terlalu jauh, sekitar 12 Km atau 40 menit perjalanan dengan sepeda.

Pantai Kuta
Pantai kuta merupakan separuh jalan dari perjalanan hari ketiga yang totalnya menempuh jarak 135 Km. Dari Pantai kuta untuk menuju pelabuhan padang bai yang ada di timur pulau bali, perjalanan di arahkan menuju Kabupaten Gianyar melewati pasar sukowati yang terkenal sebagai pusat mencari oleh-oleh bila bepergian ke pulau bali. Dengan medan yang mulai sedikit tanjakan dan turunan walaupun tidak seberat hari sebelumnya, perjalanan menuju pelabuhan padang bai masih melewati dua kabupaten lagi yang ada di timur pulau bali. Kabupaten Klungkung yang terkenal akan peristiwa perang puputan yang cukup melegenda di zaman hindia  belanda dan kabupaten karang asem dimana pelabuhan padang bai berada. Dari Pantai Kuta dibutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk sampai di Pelabuhan Padang bai dengan jarak tempuh sekitar 58 Km, Menjelang maghrib sekitar pukul 18.30 Wita, saya sudah sampai di pelabuhan padang bai. Dari Padang Bai menuju Pelabuhan Lembar yang ada di Pulau Lombok Di butuhkan perjalann sekitar 6 jam (4 jam perjalanan dan 2 jam menunggu keberangkatan dan bongkar muat) dengan tarif IDR 65.000 untuk kendaraan Golongan I, sepeda Dayung. Sekitar pukul 00.30 akhirnya kapal ferry bersandar di pelabuhan lembar dan disini perjalanan hari ketiga di akhiri.
Secara keselurahan, Perjalanan hari ketiga menempuh jarak 135,09 Km dengan waktu tempuh 9 jam 13 menit 51 detik melewati 7 Kota (tabanan-badung-denpasar-gianyar-klungkung-karang asem-lombok barat) yang merupakan jumlah kota terbanyak yang di lewati dalam satu hari dalam perjalanan kali ini, 2 Pulau (Bali dan Lombok), 2 Provinsi (Bali dan NTB) dan 1 lautan ( selat lombok) dengan kecepatan tertinggi 47,8 Km/jam.

Etape IV (Lembar-Potatano)

Hari 4, Lembar-Potatano
Karena perjalanan di hari sebelumnya di akhri dinihari , Perjalanan hari ke 4 dimulai lebih siang dari hari sebelumnya sekitar pukul 08.00 Wita. Dari Pelabuhan Lembar menuju Pulau Sumbawa sebagai target hari ke empat sebenarnya tidak perlu melewati pantai senggigi dan Kota Mataram, tapi seperti Pantai Kuta di Pulau Bali, belum lengkap ke Pulau lombok bila belum mengunjungi dua tempat tersebut. Dibutuhkan waktu dua setengah jam dengan jarak 42 Km untuk menuju Pantai senggigi dari Pelabuhan Lembar. Namun sebelum sampai pantai senggigi, sekitar satu jam perjalan dari pelabuhan, pedal sebelah kiri lepas, pedal sepeda yang belum di ganti sejak perjalan sebelumnya dari Jakarta-MLG akhirnya tidak kuat menahan beban juga. Hampir 5 km berjalan pelan-pelan dengan kondisi pedal rusak dan bertanya kanan-kiri, akhirnya bertemu bengkel sepeda kecil yang bisa mengganti pedal walaupun itu pedal bekas dengan ongkos IDR 25.000. Walaupun pedal pengganti hanyalah pedal bekas, kekuatanya mampu bertahan hingga akhir perjalanan kali ini.

Pantai Senggigi
sekitar pukul 10.30 akhirnya sampai juga di pantai senggigi, yang merupakan salah satu ikon pulau lombok. sempat mengisi bahan bakar yang mulai menipis dengan makanan khas NTB Ayam Taliwang dan segelas teh tarik, perjalanan diteruskan menuju Kota Mataram Ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berjarak sekitar 19 Km. Dari Mataram menuju Pelabuhan Kahyangan yang menjadi gerbang menuju Pulau Sumbawa kita akan melewati Kaki gunung Rinjani, Gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Karena perjalanan melewati kaki Gunung rinjani, Jalur yang dilewati selepas Kota mataram semakin menanjak seperti mau naik gunung, walaupun nanti ada turunan panjang mendekati pelabuhan kayangan. Track yang menanjak bukan satu-satunya ujian dalam perjalan hari keempat, disini sinar mataharinya semakin terik, bahkan menurut informasi di puncak musim kemarau bisa mencapai suhu 44 derajat celcius. Dari pelabuhan Kahyangan dibutuhkan waktu 3 jam untuk sampai di pelabuhan potatano Sumbawa dengan tarif kapal ferry IDR29.000 untuk kendaraan Golongan I sepeda dayung.

Gunung Rinjani
Menjelang maghrib akhirnya sampai juga di pelabuhan kayangan setelah menempuh perjalanan selama 8 Jam 24 Menit dan 25 deti menempuh jarak 126,73 Km melewati   5 Kota (Lombok Barat-Mataram-Lombok Tengah-Lombok Timur-Sumbawa Barat), 2 pulau (lombok dan sumbawa) dan 1 lautan (selat alas).
Di hari Keempat pula, satu-satunya hari dari seluruh perjalanan tour de nusantara tidak menginap di hotel/losmen/penginapan, karena dari pelabuhan potatano menuju penginapan terdekat dibutuhkan waktu 2 jam dengan jarak tempuh 30 km di Kecamatan alas, sementara kapal berlabuh di pelabuhan potatano sudah menginjak pukul 9 malam. Akhirnya setelah bertanya pada satpam pelabuhan disarankan untuk menginap di mushola pelabuhan, perjalanan hari keempat ditempuh dengan kecepatan tertinggi 42 Km/jam.

Etape V (Potatano-Plampang) 

Hari 5, Potatano-plampang
Hari Kelima perjalanan dilanjutkan di tanah sumbawa, tanah dimana Gunung Tombora yang 200 tahun yang lalu ledakanya menjadi ledakan Gunung Berapi terbesar dalam sejarah manusia modern. Di mulai dari pelabuhan potatano, sehabis shubuh sekitar pukul 05.00 Wita perjalanan dilanjutkan dengan tujuan hari sampai di daerah Empang yang berjarak 204 Km. Perjalanan berjalan lancar sampai memasuki Sumbawa Besar Ibukota Kabupaten Sumbawa, dengan track yang landai yang bersahabat bagi lutut. Perjalanan menuju sumbawa besar ditempuh dalam waktu sekitar 6 jam dengan jarak tempuh 109 Km (separuh lebih dari target hari ini) dengan beberapa kali berhenti untuk mengistirahatkan pantat dan membasahi tenggorokan di daerah alas dan utan.

View jalan antara potatano menuju alas
Di sumbawa besar inilah rencana perjalanan hari mulai berantakan. Walaupun awal memasuki sumbawa berjalan lancar dengan mengisi bahan bakar pertama kali di hari ini sekitar pukul 11.00 dengan menu gado-gado dan semangkuk rumput laut. Begitu selesai mengisi bahan bakar dan mulai keluar sumbawa besar, disini masalah dimulai karena perut bergejolak sehabis di isi yang langsung di sambut tanjakan tajam sempat berhenti lagi sebentar di sebuah pom bensin di luar sumbawa besar. Hal ini menjadi unik karena selama 109 Km perjalanan di pulau Sumbawa, pom bensin di daerah sumbawa besar itu merupakan pom bensin kedua yang dilalui. Dan keunikan tidak berhenti disitu, selama 3 hari perjalanan di pulau sumbawa jumlah pom bensin yang ditemui hanya sekitar 7-8 Pom bensin saja. Hal ini sangat ironis karena hanya ada sekitar 7-8 pom bensin saja yang melayani sebuah pulau denga lebar membentang 400 km.

Kantor Bupatii Sumbawa di Sumbawa besar
Tidak disangka-sangka, cuaca yang sebelumya terik sampai membuat kulit terasa perih berubah gelap dan turun hujan lebat, sehingga perjalanan tertahan hampir satu setengah jam sehingga merubah rencana yang awalnya berhenti di empang di ganti di daerah Plampang. Daerah empang dan plampang berjarak sekitar 30 Km, kalau normal di tempuh selama dua jam dengan bersepeda. Setelah hujan reda perjalanan dilanjutkan kembali sekitar pukul 14.50 untuk menempuh sisa jarak perjalanan hari ini 49 Km lagi. Setelah 3 jam lebih sedikit mengayuh pedal, sampai juga akhirnya di daerah plampang sekitar pukul 18.00. Daerah setelah Sumbawa besar, jarak antar kampung sudah mulai berjauhan. Dan yang unik di hari kelima perjalanan, hanya di pulau sumbawa saya melihat sepeda motor dinaikan bis antar kota yang ukuranya bahkan lebih kecil dari metromini dan penumpang naik di atas kendaraan, karena jumlah penumpang dan kendaraan tidak sebanding.
secara keseluruahan hari kelima menempuh jarak 157,41 Km dalam waktu 10 jam 12 menit dan 35 detik melewati 2 kabupaten saja (sumbawa besar dan sumbawa), karena wilayah kabupaten di pulau sumbawa sangat luas, dengan kecepatan tertinggi 48,7 Km/jam.

Etape VI (Plampang-Dompu)

Hari ke 6, Plampang-Dompu
Etape terberat dari keseluruhan tujuh hari perjalanan tour de nusantara dari MLG menuju Labuan Bajo. bila dihari sebelumnya dimanjakan dengan jalan mendatar yang mulus, hari keenam hal itu hanya dinikmati sejauh 30 Km dari Plampang menuju Empang. Track selanjutnya merupakan siksaan bagi kedua lutut, walaupun itu dibayar dengan pemadangan yang memanjakan mata, di satu sisi ada laut yang membentang biru di satu sisi ada sabana yang membentang hijau dengan sapi, kerbau, kambing dan kuda berkebun di atasnya. Oh iya, memasuki sumbawa jangan kaget jika anda melihat binatang-binantang di atas berjalan di atas jalanan aspal yang merupakan akses utama yang menghubungkan pulau sumbawa, bahkan beberapa kali harus mengurangi kecepatan karena banyak hewan-hewan itu yang menyebrang dengan santainya.

Pagi di Plampang
Selepas Kecamatan Empang jarak antar kampung semakin jauh lagi, bahkan lebih banyak melihat sabana dan lautan daripada perkampungan penduduk. Selain jarangnya perkampungan yang semakin langkah, jumlah kendaraan yang lewat juga sangat jarang, belum tentu dalam 1 menit berjalan ada kendaraan yang menyalip, bahkan seakan jalanan milik pribadi. Setelah mengayuh pedal selama 6 jam lebih dengan medan berkelok-kelok naik turun, kita akan sampai di perbatasan antara Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Dompu. Dari sini pula saya tahu bahwa mulusnya jalan sepanjang pulau sumbawa itu merupakan bantuan dari pemerintah Australia melalui Ausaid.

Track antara Kabupaten Sumbawa dan Domp
Selepas perjalanan dari perbatasan Sumbawa dan Dompu, Track yang dilalui tidak banyak berubah, masih menguras peluh dan menyiksa lutut. Setelah hampir 50 Km selama hampir 4 jam perjalanan sampai juga di Kabupaten Dompu, di Kabupaten inilah Gunung Tambora Berada. Dan saat dilakukan perjalanan ini, di Dompu lagi ada hajatan besar "Tambora menyapa Dunia" untuk memperingati dua ratus tahun letusan Gunung Tambora yang melegenda itu. Oh iya perlu di tambahkan, sebelum memasuki Pusat Kota Dompu, sekitar 20 Km sebelum Dompu ada pertigaan yang terkenal dengan sebutan simpang bango yang merupakan jalan menuju Calabai yang merupakan jalur untuk mendaki Gunung Tambora, Jarakanya sekitar 40 Km dari simpang bango. Selain dikenal karena ledakanya yang melegenda, Gunung Tambora juga sempat manjadi perbincangan dengan meninggalnya bapak Wamen ESDM Bapak Widjajano pada tahun 2012 silam.

Kabupaten Dompu
secara keseluruhan hari keenam menempuh jarak 133,16 km selama 8 jam 29 menit 30 detik antara plampang dan dompu di pulau sumbawa. Maksimal speed sdh setara kendaraan bermotor 96,7 km/jam. Dengan track naik turun bukit, dgn titik tertinggi di 298 mdpl dan titik terendah berada 41 meter di bawah permukaan laut (-41 mdpl), total tanjakan yg ditempuh 886 meter dan total turunan 966 meter.

Etape VII (Dompu-sape) 

Hari Ketujuh, Dompu-Sape
Hari terakhir Perjalanan dan menempuh ajarak yang terpendek dari tujuh hari perjalanan tour de nusantara dengan menempuh jarak 116,69 Km. Walaupun merupakan jarak yang terpendek, bukan berarti ini menjadi etape yang paling mudah. Track yang dilalui hampir separuh perjalanan tanjakan tajam yang tidak bersahabat bagi lutut. Walaupun Awal perjalanan didominasi track yang mendatar dan bersahabat bagi lutut dari Dompu Menuju Kota Bima, Satu-satunya daerah tingkat II berbentuk Kotamadya di Pulau Sumbawa.

Kabupaten Dompu
Dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Dompu perjalanan dilanjutkan pukul 06.00 Wita agar bisa sampai di Pelabuhan Sape sebelum pukul 16.00 Wita, karena menurut informasi yang didapatkan jadwal keberangkatan kapal ferry dari Pelabuhan Sape menuju Labuan Bajo di Pulau Flores dua kali sehari, pukul 08.00 Wita dan pukul 16.00 Wita. Menjelang tengah hari sekitar pukul 11.00, perjalanan sudah sampai di Kota Bima yang berjarak 72,7 dari Kabupaten Dompu. Di Kota Bima yang mendapat julukan kota tepian air ini disempatkan dulu berhenti untuk mengisi bahan bakar yang belum sempat di isi di hari ini. Ada yang spesial dengan pengisian bahan bakar kali  ini, karena dilakukan di restoran cepat saji made in USA yaitu K*FC dan merupakan satu-satunya restoran cepat saji yang ditemukan di pulau sumbawa.

Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima
Cukup sampai Kota Bima track yang di lalui bersahabat bagi lutut, selepas kota Bima meter demi meter ketinggian track yang dilalui semakin bertambah meninggalkan permukaan laut. untuk jarak yang hanya sekitar 47,5 Km dibutuhkan waktu hingga 4,5 Jam. Perjalanan dari Kota Bima yang dimulai jam 12.00 Wita, baru sampai di Pelabuhan Sape sekitar pukul 16.30 Wita. Saat sampai di pelabuhan sape memang kapal ferry nya belum berangkat, namun kapal ferry itu tidak berangkat karena ternyata jadwal sore (pukul 16.00 Wita) itu tidak tentu bergantung jumlah kendaraan dan penumpang yang akan menyebrang. jadi terpaksa harus bermalam di pelabuhan sape untuk berangkat dengan kapal pagi yang menurut jadwal pukul 08.00 Wita, tapi baru meninggalkan Pelabuhan Sape sekitar Pukul 10.30 Wita dan baru sampai di Labuan Bajo pukul 17.15 Wita, hampir delapan perjalanan dengan kapal ferri (kalau di hitung dengan bongkar muat hampir 10 jam), merupakan perjalanan terpanjang yang pernah dilalui dengan Kapal laut. Harga tiket untuk menyebrang sebanding dengan jarak yang ditempuh, IDR100.000 untuk kendaraan Golongan I sepeda dayung.

Pelabuhan Sape, ujung timur Pulau Sumbawa
secara keseluruhan perjalanan hari ketujuh menempuh jarak 109,69 Km dengan waktu tempuh 8 jam 3 menit 31 detik melewati dua kota (dompu dan Bima) dengan kecepatak tertinggi 94,4 Km/jam.
sebenarnya bila di hitung hanya perjalanan daratnya dengan sepeda waktu yang dibutuhkan dari MLG sampai Labuan Bajo hanya 7 hari, namun dibutuhkan tambahan waktu 1 hari dengan kapal laut untuk sampai di titik tujuan akhir Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat Pulau Flores NTT.

Labuan Bajo
Dari Perjalanan ini, kembali di ingatkan tentang indahnya Republik ini, sebuah negeri zamrud khatulistiwa yang membentang dari sabang di sisi terbarat dan Merauke di sisi timur dan pulau rote di ujung selatan dan miangas di sisi utara. Hal ini yang sangat kurang di sadari oleh orang-orang Indonesia sendiri, terutama generasi muda yang banyak menghabiskan uang dan waktunya untuk berlibur di luar negeri. Kekurangan sadaran akan kekayaan negeri sendiri ini, sedikit demi sedikit akan mengikis rasa memiliki dan cinta tanah air, Republik Indonesia. Hal ini seperti yang pernah di katakan oleh Soe Hok Gie, salah satu tokoh pergerakan kepemudaan dan Penggiat kegiatan alam bebas :
 "seseorang hanya dapat mencitai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya, dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia dan rakyatnya dari dekat."

Selamat menjelajah Indonesia, selamat mengenal rakyat indonesia dan selamat menumbuhkan rasa cinta tanah air.