Selasa, 24 Juni 2014

Cikuray, atap garut

rute gunung cikuray
ada sebuah alasan kenapa garut mendapat julukan "swiss van java", layaknya bandung yang mendapat julukan "paris Van java". Garut mendapatkan julukan itu tidak lepas dari hawa udaranya yang sejuk atau dingin seperti dinginya negeri swiss. hawa udara yang dingin di garut disebabkan karena letaknya di dataran tinggi dan dikelilingi oleh banyak gunung di sekitarnya. mulai dari papadanya yang menjadi destinasi favorit parat penggiat alam di jabar dan jakarta, sampai guntur yang mempunyai keunikan tersendiri. namun dari semua itu, yang paling berat medanya dan tertinggi adalah cikuray (2821 mdpl) sehingga layak untuk disebut sebagai atapnya kota garut.
jalur pendakian gunung cikuray
 untuk menuju gunung cikuray, bila dari jakarta bisa naik bus jurusan garut dari terminal kampung rambutan atau lebak bulus dengan harga IDR42.000,-. waktu tempuh dari jakarta ke garut (terminal guntur) normalnya membutuhkan waktu 4 jam (hati-hati bila balik ke jakarta hari minggu karena biasanya bebarengan dengan orang bandung yang kerja di jakarta, waktu tempuh bisa sampai 7-8 jam karena tol cipularang macet parah). dari terminal guntur, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan mobil pick up dengan harga IDR40.000,- per orang (biasanya mobil baru mau jalan bila jumlah penumpang antara 7 - 10 orang). perjalanan dengan mobil pick up menuju pemancar (titik awal pendakian gunung cikuray) di tempuh dalam waktu 60 - 90 menit.
Pos Pemancar
 pos pemancar berada di ketinggian 1.503 mdpl, disini kita harus melakukan registrasi di pos pemantauan pendaki gunung cikuray dengan membayar biaya administrasi seikhlasnya ( sebelumnya di area perkebunan teh menuju ke pos pemancar, kita harus membeli tiket masuk seharga IDR3.000,-/orang). di pos pemancar juga terdapat warung bagi yang belum sarapan, ataupun mengisi persediaan air (di gunung cikuray susah untuk mendapatkan sumber air, sumber air terakhir di dekat pos 1) serta menitipkan kendaraan bagi yang membawa sendiri.
track dari pos pemancar ke pos 1
 dari pos pemancar, perjalanan dimulai pukul 7.30 Wib dengan melalui perkebunan teh, jangan kaget jika langsung menemui tanjakan begitu memulai perjalanan. melewati kebun teh, kita akan sampai di ladang penduduk dengan medan yang semakin menanjak, dengan tanjakan ekstremnya bernama tanjakan cihuy yang hampir vertikal. selesai dengan ladang penduduk dan tanjakan cihuy nya, perjalanan diiteruskan dengan memasuki hutan yang lebat sampai menjelang puncak, bisa dibilang di kebun teh dan ladang penduduklah kita bisa melihat sinar matahari dalam perjalanan menuju puncak gunung cikuray. setelah berjalan hampir 45 menit, kita akan sampai di pos 1 tepat pukul 8.15 wib.
track hutan menuju pos 1
pos 1 menuju pos 2, track yang kita lalui masih sama dengan sebelumnya, menanjak dengan halang rintang akar pepohonan yang bertebaran, bahkan bisa dibilang jalur dari pos 1 menuju pos 2 lebih berat dari pos pemancar menuju pos 1. waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pos 2 dari pos 1 sekitar 30 menit. perlu di ingat juga, di jalur antara pos 1 menuju pos 2 inilah terdapat sumber air terakhir dalam pendakian gunung cikuray.pos 2 merupak sebidang tanah datar yang mampu menampung kira-kira 2 tenda.
Pos 2
pos 2 menuju pos 3, tanjakan yang dilalui semakin mengerikan, tidak ada "bonus" yang diberikan sama sekali. bahkan teman-teman banyak yang menyebut sebagai trek 3D (dengkul, dada, ketemu dagu) atau merangkak.
Kejamnya track menuju pos 3 batu aisan
setelah "puas" merangkak selama hampir 40 menit, sampai juga akhirnya di pos 3 pukul 9.25 Wib. disini ada tanah datar yang sedikit luas yang mampu menampung sampai 5 tenda. bahkan jika lagi rame, pos 3 menjdai alternatif karena pos di atas sampai puncak tidak ada ruang lagi.
pos 3 batu aisan
seperti track-track sebelumnya, semakin tinggi pos yang di tempuh semakin vertikal medanya atau tanjakanya semakin tidak manusiawi. di foto pos 3 bahkan bisa dilihat, tanjakan hampir 90 derajat langsung menyambut saat langkah pertama meninggalkan pos 3. 40 menit memanjat sambil memanggul kulkas eh karier sampai juga di pos 4 pukul 10.10 Wib.
Pos 4
mungkin ini adalah jarak pos yang paling dekat dalam pendakian gunung cikuray, jarak pos 4 menuju pos 5 sang hyang taraje hanya membutuhkan waktu 18 menit. namun walaupun cuma 18 menit, track yang dilalui tetaplah membuat perjalanan menjadi lebih berat.
pos 5 sahyang taraje
tujuan berikutnya dari pos 5 adalah puncak, namun jangan senang dahulu, ini bukanlah puncak yang sesungguhnya dari gunung cikuray, hanya puncak bayangan atau pos 6. disinilah tempat favorit para penggiat alam yang sedang mendaki gunung cikuray untuk mendirikan tenda selain puncak. jaraknya hanya 21 menit dari pos 5 sahyang taraje, mampu menampung sampai 8 tenda.
pos 6 puncak bayangan
jangan dikira setelah mencapai puncak banyangan, pucak yang sesungguhnya sudah dekat. sampai puncak bayangan, kita masih menyelesaikan 2/3 perjalanan, masih ada 1/3 perjalanan yang beratnya terasa seperti 2/3 perjalanan awal. track yang lebih berat akan dilalui untuk menuju pos 7, pos terakhir sebelum puncak. dibutuhkan waktu 1 jam 20 menit untuk mencapai pos 7 dari pos 6.
pos 7

lamanya waktu yang ditempuh untuk sampai di pos 7 dari pos6 membuat banyak orang putus asa, bahkan sering kali tertidur atau berhenti lama disini. padahal hanya butuh 21 menit untuk sampai puncak dari pos 7.
pukul 12.43 Wib tepat perjalanan diselesaiakan setelah berjalan hampir selama 4 jam 38 menit.
puncak gunung cikuray
 puncak gunung cikuray mengingatkan saya akan gunung yang pertama kali di daki panderman, bentuk puncak sangat mirip, tanah lapang berdebu yang agak luas. selain terkenal akan tracknya yang menyiksa, salah satu daya tarik lain dari gunung cikuray adalah sunrinse nya yang terkenal "cakep".

Sunrise gunung cikuray
sebeanarnya banyak tanah lapang yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda di kawasan puncak gunung cikuray, namun bila lagi musim pendakian harus jeli untuk mencari agak ke bawah dari puncak untuk mendirikan tenda.
camp
dengan ketinggian hanya 2821 mdpl, banyak orang yang menilai gunung cikuray mudah untuk di "taklukan". namun seperti kata pepatah jangan menilai buku dari covernya,
"Jangan menilai Gunung dari Ketinggianya"

Kamis, 05 Juni 2014

Cycling Home (Jakarta - MALANG)





rumah merupakan pusat dari kehidupan manusia, disana mereka bisa tertawa, menangis, dan berbagi segala hal dengan orang-orang yang disayangi. untuk itulah saat mereka meninggalkan rumah, tempat darimana mereka berasal pasti akan teringat dan ingin kembali ke rumah. ada berbagai cara yang ditempuh untuk dapat pulang ke rumah, bisa naik bis, kereta, kapal, pesawat maupun kereta. namun untuk kali ini, agar kegiatan pulang ke rumah yang merupakan kegiatan istimewa lebih berkesan, kali ini saya menggunakan sepeda atau nge-gowes untuk pulang ke rumah yang ada di Bhumi AREMA, sementara saat ini saya bekerja di ibukota.
jarak Jakarta - MALANG sekitar 885,15 Km yang ditempuh dalam lima hari atau lebih tepatnya 59 jam 13 menit dan 38 detik (sekitar 12 jam per hari).

hari pertama (jakarta - Cirebon, 231,95 Km)

perjalanan dimulai hari senin tanggal 26 Mei 2014, tepatnya dari daerah haji Ten Rawamangun, start pukul 05.30 Wib dan finish di Kota Cirebon pukul 22.00 Wib. perjalanan hari pertama melewati beberapa kota sepanjang jalur panturan jawa barat yang terkenal "ganas". Kota pertama yang dilalui adalah Bekasi yang dilanjutkan ke Karawang, disini sempat untuk sarapan untuk mengisi ulang tenaga yang hilang setelah bersepeda sepanjang 56 Km yang ditempuh selama 3 jam 30 menit.

Sarapan di Lapangan Karang Pawitan Karawang
selepas dari karawang, perjalanan dilanjutkan menuju cikampek, dari cikampek ini medan semakin berat karena mulai satu jalur dengan kendaraan berat yang keluar dari tol cikampek yang cara menyetirnya susah dimengerti. setelah melewati cikampek, pemberhentian berikutnya adalah subang. jarak jakarta-subang  95,96 km dengan waktu tempuh 5 jam 57 menit. selain menghadapi kendaraan berat seperti, bis, truk, tronton dan sejenisnya, rute subang bertambah berat dengan banyaknya jalan yang sedang diperbaiki, sehingga menimbulkan kemacetan dibeberapa titik yang sedikit menghambat perjalanan.

istirahat di salah satu titik pantura subang
dari subang, jika terus mengikuti jalur pantura jawa barat kita akan memasuki indramayu, yang namanya di ambil dari Nyi Endang Darma Ayu yang merupakan salah satu pendiri kabupaten indramayu. jarak jakarta-indramayu sekitar 106,49Km yang ditempuh selama 6 jam 43 menit. sama seperti jalur subang, sepanjang jalur indramayu juga terdapat beberapa titik kemacetan akibat dari perbaikan jalan.

mapping Jakarta-Indramayu

selamat datang di Indramayu
kota berikutnya setelah indramayu adalah cirebon, yang terdiri dari Kotamadya dan Kabupaten. untuk lebih cepat mencapai Cirebon, saat mencapai pertigaan lohbener sebaiknya mengabil jalan yang sebelah kanan karena lebih dekat dan jalanya sangat bagus. jarak dari indramayu ke cirebon sejauh 125,45 Km yang ditempuh selama 7 jam 33 menit atau 231,95 Km dari jakarta selama 14 jam 16 menit. di cirebon ini perjalanan hari pertama di akhiri. hari pertama total menempu jarak 231,95 Km dengan waktu tempuh 14 Jam 16 menit yang melewati 6 kota (jakarta, Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu dan Cirebon) dan 2 Provinsi (DKI Jakarta dan Jawa barat).
Keraton Kanoman Cirebon
secara keseluruhan kota yang dilalu di hari pertama #cyclinghome sebanyak 6 kota, Jakarta - bekasi - karawang - subang - indramayu - cirebon.

Mapping Indramayu - Cirebon


hari Kedua  (Cirebon - Batang, 178.59 Km)

hari kedua dilanjutkan dari Cirebon, berangkat jam 06.00 wib tanggal 27 Mei 2014. di awali dengan mengelilingi Kota Cirebon, menuju masjid Agung Cirebon dan Keraton Kanoman. dari cirebon perjalanan berikutnya menuju brebes yang sudah masuk wilayah jawa tengah. sepanjang perjalanan cirebon brebes, jalanan sudah mulai bagus, juga melewati daerah persawahan dengan latar Gunung Ciremai, Puncak teringgi jawa barat. cirebon dan brebes merupakan kota yang memisahkan dua provinsi, Jawa barat dan jawa tengah. namun ada yang menarik, walaupun berbeda kota bahkan provinsi ada daerah yang bernama sama "losari".
west and central Java border
selepas dari perbatasan jawa tengah dan jawa barat, kita akan memasuki brebes sebagai gerbang sebelah barat jawa tengah. jarak kota brebes ke pusat kota brebes sekitar 22 km dengan melewati daerah persawahan yang sangat terik. ada yang menarik dengan kota brebes, ada akan menemui penjual telor asin yang bertebaran di sepanjang jalan pantura yang melewati kota brebes. dengan semakin banyak penjual telor asin di pinggir jalan menandakan bahwa pusat kota brebes sudah dekat. jarak antara kota cirebon dan brebes sekitar 66 Km yang ditempuh dalam waktu 4 jam.

masjid agung brebes di pusat kota brebes
setelah melewati kota brebes, kita akan memasuki kota tegal dengan tag line "kota bahari". namun sayang, begitu memasuki kota tegal kita akan disambut dengan jalanan yang agak rusak dan sedang diperbaiki sehingga menimbulkan kemacetan yang lumayan panjang. kota tegal memanjang sepanjang jalur pantura sehingga saat melaluinya terkesan tak lewat-lewat. medan yang dilewati hampir sama dengan kota brebes, namun jika cuaca cerah kita bisa melihat Gunung Slamet, puncak tertinggi jawa tengah dan nomor 2 jawa setelah Gunung semeru yang lagi heboh berkat film"5 cm", yang membentang di sebelah selatan Kota tegal. melewati kota tegal, kita akan memasuki kota pemalang. jarak tempuh dari kota cirebon menuju pemalang sekitar 121,22 Km yang ditempuh dalam waktu 8 jam 18 menit. selesai pemalang, kota pekalongan akan menyambut kita, pekalongan adalah kota yang terkenal akan batiknya. sehingga kalau kita melewati pekalongan akan menjumpai gerai batik di sepanjang jalan. tidak berapa lama dari pekalongan kita akan memasuki kota batang yang terkenal akan "alas robannya" yang akan kita lewati nanti. Kota batang seperti tegal, membentang sepanjang pantura jawa tengah, namun yang membedakan jalur yang dilalui di kota batang mulai menanjak dan berkelok-kelok dengan view hutan yang semakin lebat yang bermuara di alas roban.

 
mapping Cirebon - batang
 jarak tempuh dari cirebon sampai di bantang sekitar 178,59 km dalam waktu 11 jam 51 menit 32 detik dan maksimal speed 40km/jam serta membakar 3626 kalori dengan melewati 6 kota, Cirebon - Brebes - tegal - pemalang - pekalongan - batang dan 2 provinsi, jawa tengah - jawa barat.

hari Ketiga  (Batang - Sragen, 151.19 Km)

tanjakan sepanjang kota batang di hari kedua yang sudah menyiksa ternyata bukanlah akhir dari penderitaan. karena di hari ketiga kita akan melalui beberapa spot tanjakan yang membutuhkan tenaga ekstra untuk melaluinya. kita ceritakan nanti saja, kita mulai perjalanan hari ketiga dari alas roban yang setelah melewati tanjakan menyiksa akan melalui turunan yang kemiringannya hampir 60 derajat, sungguh bonus di pagi hari, ditambah dengan pemandangan hutan yang keren, sungguh pagi yang membuat perjalanan #cyclinghome semakin lengkap. perjalanan dilanjutkan ke kota kendal sebagai feeder kota semarang, masih sama dengan kota-kota sebelumnya di jawa tengah, jalanan di kota kendal masih dalam tahapan renovsai dibeberapa titik. view sepajang kota kendal kembali ke persawahan yang membentang hijau.

Masjid Agung Kendal
  dari kendal kita akan masuk semarang, ibukota provinsi jawa tengah yang terkenal dengan lumpianya. jarak tempuhnya dari batang sebagai titik start hari ketiga sekitar 59,79 Km selama 4 jam. memasuki kota semarang, selayaknya kota metropolitan kita akan dihadapkan dengan kemacetan sepanjang jalur yang dilalui. namun kemacetan itu sedikit terobati dengan aspal mulus sepanjang kota semarang, mulai dari masuk di sisi utara sampai keluar di sisi tenggara menuju jalan alternatif semarang - solo via purwodadi.

tugu muda semarang
Lawang Sewu
setelah dimanjakan jalan mulus sepanjang kota semarang, jalanan rusak akan kembali menyapa setelah melewati perbatasan kota semarang dan memasuki kota demak disisi selatan. jalanan rusak akan semakin parah begitu memasuki kota grobogan yang membentang di tengah jawa tengah. jalan rusak dan hujan turun ditemani persawahan di sisi kiri dan kananya sampai memasuki purwodadi, ibu kota kabupaten grobogan. melewati purwodadi, berganti pemandangan dengan pepohonan, karena kita akan melewati hutan sepanjang jalur purwodadi - solo. bila di awal sudah sedikit disinggung kenapa hari kedua bukan hari yang paling menyiksa, disini akan dijelaskan alasanya. begitu melewati purwodadi, senja sudah menyambut perjalanan, dilengkapi dengan tanjakan dan hutan yang sepi dilengkapi dengan jalanan yang lebih rusak, jadilah hari ketiga lebih berat. gelap, tanjakan, hutan dan jalan rusak sungguh hari yang berat.ini dibuktikan dengan jarak tempuh terpendek sepanjang 5 hari perjalanan #cyclinghome yaitu 151,19 km dalam 10 jam 37 menit. perjalanan hari ketiga pun di akhiri lebih awal pukul 19.30 Wib di sebuah pom bensin. walaupun begitu, perjalanan hari ketiga masih bisa melewati 6 kota seperti hari-hari sebelumnya, batang - kendal - semarang - demak - grobogan - sragen.
Mapping Batang - Sragen
hari Keempat  (Sragen - Madiun, 171.26 Km)

hari keempat lebih rileks dari pada hari ketiga, selain karena jalanan tidak seberat hari kedua, view sepanjang perjalanan dan kota yang dilalui benar-benar berkesan. sebenarnya bila mau cepat, dari sragen bisa langsung untuk menuju ngawi gerbang sebelah barat jawa timur. namun kita putar dulu jalan menuju solo, "heart of java", dengan menambah jarak sekitar 80 km. view dari sragen menuju solo sungguh sulit dilupakan, pagi yang masih berkabut di antara hamparan persawahan di temani gunung merbabu - merapi di sebelah barat dan gunung lawu di sisi timur. selain disungguhin pemandangan yang menakjubkan tadi, bila melewati jalur tadi kita akan akan melewati musem purbakala manusia pra sejarah di desa sangiran, bila kita memperhatikan pelajaran sejarah waktu sekolah yang membahas tentang zaman pra sejarah, kita tak akan asing dengan "sangiran". setelah dari sangiran kita akan sampai di karang anyar sebelum masuk kota solo atau surakarta. jarak sragen - surakarta sekitar 40 km dengan waktu tempuh 2 jam 43 menit.

Benteng vasterburg
 di kota solo kita dapat mengunjungi benteng vastenburg yang merupakan peninggalan belanda, sayangnya bangunan bersejarah ini agak kurang terawat. selain benteng vasternburg, di pusat kota solo kita bisa mengunjungi keraton surakarta yang juga merupakan salah satu bangunan bersejarah di kota solo yang menjadi saksi keagungan solo di masa lampau. dekat keraton surakarta juga terdapat salah satu ikon kota solo, pasar klewer yang menjual beraneka ragam batik yang terkenal  saentaro nusantara.

Keraton Surakarta
 dari solo perjalanan #cyclinghome dilanjutkan menuju jawa timur, tepatnya ngawi yang menjadi gerbang jawa timur disebelah barat. 2 jam mengayuh pedal sepeda kita akan memasuki perbatasan kota sragen yang menjadi gerbang jawa tengah di sisi timur dan ngawi yang merupakan gerbang jawa timur di sebelah barat. rute perjalanan dari solo menuju ngawi seperti dejavu jalur pantura, penuh truk dan bis antar kota. hanya jalanan mulus yang membuat perbedaan antara jalur pantura dan jalur tengah jawa tengah dan jawa timur.

welcome to east java
 memasuki jawa timur, kita akan disambut oleh pondok pesantren gontor yang sudah kesohor saentaro nusantara. ternyata jarak antara gerbang kota ngawi dan pusat kotanya masih jauh, dibutuhkan 2 jam 10 menit dengan melewati hutan jati yang medanya seperti lagu ninja hatorai, "naikin gunung turunin lembah".
sampai dipusat kota ngawi, langsung setang dibelokan ke kanan ke arah selatan menuju kota madiun melaui maospati magetan dan lanud iswayudi yang merupakan salah satu pangkalan udara terpenting dari TNI AU. selepas dari madiun kita akan memasuki caruban ibukota dari kabupaten madiun. untuk hari keempat perjalanan di sudahi di caruban karena setelah melewati caruban harus memasuki alas saradan yang kesohor di jawa timur. hari keempat, perjalanan yang ditempuh sejauh 171,26 km dalam waktu 10 jam 53 menit 57 detik dengan maksimal speed 38,8 km/jam melewati 6 kota, sragen - karang anyar - solo - ngawi - magetan - madiun dan 2 provinsi Jawa tengah dan Jawa Timur.
Mapping Sragen - madiun

Final Day  (Madiun - NGALAM, 152.13 Km)

hari terakhir, hari terberat, tapi juga merupakan hari yang paling berkesan selama perjalanan #cyclinghome kali ini . perjalanan di awali dengan memasuki hutan jati yang ada di kanan dan kiri jalan, yang membedakan dengan hutan yang ada di kota ngawi alas saradan medannya lebih landai, jadi lebih mulus untuk di lalui. selepas dari alas saradan, kota nganjuk sudah menyambut, sebuah kota kecil yang ada di tengah provinsi jawa timur. dari nganjuk perjalanan dilanjutkan ke kertosono sebelum memasuki kediri, kota terakhir sebelum memasuki kota kelahiran, NGALAM. perjalanan selepas alas saradan medanya cukup bersahabat dengan lingkungan persawahan di kiri kanan jalan.

jalanan memasuki kabupaten kediri
memasuki kabupaten kediri awal, medan yang  masih sama dengan sebelumnya. namun ada yang unik begitu memasuki kabupaten kediri, jika kita melintas saat jam berangkat dan pulang sekolah akan menemui segerombolan anak yang bersepeda sepanjang jalan, sebuah pemandangan yang sudah tidak bisa ditemui di kota - kota besar. sebelum keluar dari kabupaten kediri, kita akan melewati pare ibu kota kabupaten kediri. setelah dari pare, perjalanan akan dilanjutkan  menuju kandangan, kecamatan terakhir sebelum memasuki NGALAM. kasembon adalah daerah yang pertama kita injak saat memasuki kabupaten NGALAM. di kasembon inilah, medan terberat sepanjang lima hari perjalanan #cyclinghome di mulai. kasembon merupakan daerah berbukit - bukit khas NGALAM yang terletak di pegunungan.

rute kasembon-ngantang
 melewati kasembon, kita akan memasuki Ngantang yang medanya tidak jauh berbeda dengan kasembon. namun sedikit membedakan, di ngantang kita bisa mengujungi sebuah waduk bernama selorejo yang didekatnya ada tempat peristirahatan dengan back ground yang sangat menawan, gunung kelud yang letusan terakhirnya menghebohkan republik ini.
kelud di belakangnya
selanjutnya kita akan memasuki titik tertinggi dari perjalanan #cyclinghome ini, kecamatan pujon yang berada di ketinggian 1226 mdpl. saking beratnya tanjakan yang dilalui, disinilah sepeda sang patner perjalananan mengalamai masalah dari keseluruhan perjalanan. karena dipaksa untuk melahap tanjakan yang semakin ekstrem, crank sepeda saya bengkong dan bautnya lepas tinggal tersisa dua, untunglah selalu ada orang baik dijalanan, ada seorang bapak pensiunan perhutani yang juga lagi bersepeda di sekitar situ membatu mengantar ke bengkel, alhamdulillah crank sepedanya dapat di perabiki dengan baut darurat, dan itu semua gratis, terima kasih untuk bapak-bapak semuanya atas bantuan tulusnya.
crank is broken
untulnglah tanjakan terberat sepanjang pujon merupakan tanjakan terakhir perjalanan ini, setelah ini rute hanyalah turunan tajam sepanjang hampir 15 km memasuki batu sampai Hamur. oh iya, saat mengujungi kota batu jangan lupa untuk mengunjungi alun-alun kota batu yang sangat cantik di malam hari. disana juga terdapat aneka macam kuliner yang sangat sayang untuk dilewatkan, seperti rumah makan mesir, ketan legenda dan koperasi susu murni yang fresh karena langsung diperas dari peternakan.

alun-alun kota wisata batu
 overall untuk hari kelima atau terakhir, jarak yang ditempuh sejauh 152,13 km dalam waktu 11 jam 33 menit 32 detik dengan maks speed 41,9 km/jam dan rata-rata kecepatan 13,2 km/jam. maksimal speed yang mencapai 41 km/jam menunjukan tajamnya turunan yang dilalui dan rata-rata kecepatan yang hanya 13,2 km/jam, terendah selama perjalanan memunjukan beratnya tanjakan yang harus dilalui. sayangnya hanya lima kota yang dilalui untuk mencapai Hamur, madiun - nagnjuk - kediri - batu - NGALAM.
welcome HAMUR
untuk keseluruhan perjalanan #cyclinghome membutuhkan waktu selama 5 hari atau 59 jam 13 menit 38 detik dengan jarak tempuh 885,15 km melewati 25 kota, jakarta - bekasi - karawang - subang - indramayu - bekasi - brebes - tegal - pemalang - pekalongan - batang - kendal - semarang - demak - grobogan - sragen - karang anyar - solo - ngawi - magetan - madiun - nagnjuk - kediri - batu - NGALAM dan 4 Provinisi, DKI Jakarta - Jawa Barat - Jawa Tengah - Jawa Timur.

rute perjalanan
dari perjalanan ini saya memetik sebuah pelajaran berharga yang juga mungkin juga berguna dalam hidup :

"sebarapapun jauhnya jarak, masih dalam jangkauan selam terus mengayuh pedal sepedamu"
jadi seberapa beratpun masalah yang dihadapi selama kita berusaha pasti akan teratatasi
selamat bersepeda dan menyusuri indahya republik inin dengan cara yang berbeda,

 "karena hidup cuma sekali, sayang kalau dilewatkan dengan cara yang biasa saja"